Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Agus Rizal mengatakan, 600 ribu hektare tanaman sawit produktif di Jambi.
Namun, dari jumlah tersebut ternyata 50 persen tidak mengunakan bibit unggul atau bersertifikat.
“Dari 600 ribu hektare lahan sawit di Jambi ada sebanyak 50 persen atau 300 ribu hektare bibit sawit tidak bersertifikat,” katanya, Rabu (23/11/2022).
Agus Rizal mencontohkan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur masyarakatnya kebanyakan tidak mengunakan bibit sawit yang bersertifikat.
Menurut Agus Rizal, dilihat dari harganya jauh sekali dengan harga daerah lainnya. Di sana banyak yang mengunakan bibit-bibit sawit asalan.
“Ada juga buah yang jatuh dari pohon terus tumbuh dicongkelin dan dipindahkan,” ujarnya.
Padahal, kata Agus Rizal, untuk mendapatkan bibit yang unggul atau berkualitas harus dikawinkan khusus antara pohon jantan bernama Fisifera dan betina namanya Dura, barulah menghasilkan bibit unggul seperti Tenera.
“Itu harus dikawinkan, nanti serbuk sari ditabur di pohon dura-nya dan nanti hasilnya ini namanya Tenera,” katanya.
Agus menjelaskan, dari 300 ribu hektar yang mengunakan bibit tidak bersertifikat tersebar hampir merata di Wilayah Provinsi Jambi, seperti di Kabupaten Batanghari, Muarojambi, dan lainnya.
“Yang lumayan mengunakan bibit bersertifikat itu di Tanjung Jabung Barat, karena pengusaha kebun disana kebanyakan orang Sumatera Utara. Mereka sudah mengerti sekali soal benih sawit,” katanya lagi.
Agus Rizal menjelaskan perbedaan bibit sawit yang bersertifikat dengan yang tidak bersertifikat terletak pada kadar minyak dalam buah kelapa sawit.
“Kalau Tenera itu sabutnya tebal, canggangnya tidak tebal. Tapi kalau Dura yang tidak bersertifikat sabutnya tipis dan inti sawitnya tebal,” jelasnya.
Dalam memberikan wawasan kepada petani sawit pentingnya mengunakan benih sawit unggul, Agus bilang ada tim dari dinas perkebunan melakukan sosialisasi kelapangan agar mengunakan benih kelapa sawit yang bersertifikat.
“Sudah banyak penangkar, ada sekitar 57 penangkar yang bersertifikat, pasti bibitnya Tenera semunya, dan dua tahun sudah buah. Tapi kalau yang tidak bersertifikat empat tahun belum tentu buah,” pungkasnya.