Friday, October 4, 2024
HomeBeritaTak Semudah Itu, Perjalanan Menuju Perbatasan Indonesia-Papua Nugini…

Tak Semudah Itu, Perjalanan Menuju Perbatasan Indonesia-Papua Nugini…


PERJALANAN menuju desa terpencil di pedalaman hutan, terkhusus di kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga, tidaklah mudah.

Begitulah yang Tria Sutrisna—jurnalis Kompas.com—rasakan saat menuju ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Yetetkun, Boven Digoel, Papua Selatan.

PLBN Yetetkun merupakan salah satu batas negara antara Indonesia dan Papua Nugini, selain PLBN Skow di Jayapura dan PLBN Sota di Merauke

Di gerbang masuk Kabupaten Boven Digoel, tepatnya di Distrik Tanah Merah, kesulitan belum terlalu terasa. Di area ini, sinyal telekomunikasi juga masih terbilang aman lantaran dekat dengan kantor bupati.

Pertokoan dan pasar yang menjual sandang dan pangan relatif mudah dijangkau pula di Tanah Merah. Jalan di kawasan ini terbilang mulus.

Namun, kondisi berbeda langsung terasa ketika tim Kompas.com bergeser dari pusat Distrik Tanah Merah, untuk menuju ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Yetetkun pada Rabu (16/8/2023) malam.

Sekitar pukul 21.00 WIB, mobil pikap kabin ganda atau double cabin yang mengangkut kami bertolak dari Tanah Merah menuju PLBN Yetetkun. Perjalanan kami ini sempat tertunda karena ada demonstrasi warga.

Perjalanan dari Distrik Tanah Merah hingga PLBN Yetetkun di Distrik Ninati disebut akan memakan waktu hampir empat jam lewat jalur darat, meski kedua kawasan itu masih sama-sama di Kabupaten Boven Digoel.

Sudah begitu, baru beberapa menit berjalan, sinyal telekomunikasi dan lampu penerangan jalan pun sudah tiada. Padahal, aliran listrik tersambung di sepanjang jalur menuju pos perbatasan negara.

Alhasil, pencahayaan hanya mengandalkan lampu dari kendaraan dan pemukiman warga yang tersebar di beberapa titik. Selebihnya, sisi kiri dan kanan jalan hanyalah hutan belantara nan gelap gulita.

Kesulitan karena beberapa hal tersebut belum berakhir. Ternyata, jalan menuju PLBN Yetetkun belum 100 persen teraspal.

Masih terdapat beberapa lokasi jalan yang baru diratakan kemudian dicor dengan campuran batu-batu dan semen. Sebagian jalan yang sudah diaspal pun berlubang di beberapa tempat.

Kondisi ini membuat perjalanan tak bisa ditempuh dengan cepat. Ditambah lagi, debu berterbangan, semakin memperpendek jarak pandang.

Baca juga: Nakes Jadi Paskibra, Kisah Upacara HUT Ke-78 RI di Boven Digoel

Medan jalan yang seperti ini juga menjadi alasan masyarakat di Boven Digoel mayoritas menggunakan kendaraan 4WD.

Meski begitu, medan jalan saat ini dianggap jauh lebih bagus oleh Alfred (35), sopir yang membawa kami ke PLBN Yetetkun.

Sumber: Kompas

RELATED ARTICLES

TRANSLATE

- Advertisment -

Most Popular