Friday, July 26, 2024
HomeBeritaJokowi Sebut Kekeringan Uang di RI, Ini Buktinya!

Jokowi Sebut Kekeringan Uang di RI, Ini Buktinya!


Keringnya uang beredar menjadi permasalahan Indonesia saat ini. Bahkan langsung disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di depan para bangkir beberapa waktu lalu.

Hal ini terlihat dari data dana pihak ketiga hanya mampu meningkat 6,1% per Agustus 2023 (year on year/yoy). Kenaikan ini merupakan yang terendah sejak Agustus 2019 atau dalam 4 tahun lebih.

Kenaikan suku bunga memang mendorong adanya pertumbuhan dari bunga deposito, terlihat dari level Time Deposit atau deposito berjangka yang notabene meningkat 7,8% (yoy). Tingginya suku bunga disinyalir mendorong minat investasi pada deposito yang mampu memberikan imbal hasil signifikan. 

Namun, demand deposit atau deposito yang dapat ditarik sewaktu-waktu dan saving deposit atau yang tidak dibatasi waktu kompak mengalami perlambatan pertumbuhan, menjadi 8% dan 2,7%.

Persoalan ini mengindikasikan adanya risiko untuk perbankan mengalami kesulitan likuiditas. Perbankan sebagai institusi keuangan yang mengumpulkan dana nasabah akan terancam, jika terjadi keterbatasan likuiditas. 

Hal ini akan cukup berisiko untuk perbankan yang telah menyalurkan kreditnya secara signifikan atau dapat dikatakan memiliki rasio loan to deposit yang cukup besar. Hal ini dapat diperparah jika bank memiliki rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) yang besar. 

Jika persoalan ini terus berlangsung, terdapat kemungkinan perbankan mengalami gangguan likuiditas. Bahkan, nasabah yang mengkhawatirkan keberlangsungan bank yang mengalami masalah likuiditas dapat melakukan aksi penarikan dana masal (bank run). Alhasil, krisis perbankan seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada Silicon Valley Bank (SVB) dan sebagainya dapat juga terjadi di Indonesia. 

BI

Source Bank Indonesia

Perbankan yang merupakan sektor penopang perekonomian, dapat memberikan imbas tidak hanya pada pelaku usaha, tetapi juga dari sisi konsumen. 

Suku bunga tinggi juga mendorong tingkat bunga kredit yang mahal, sehingga dapat menahan ekspansi untuk pinjaman baik belanja modal (capex) maupun modal kerja (opex). Kredit tersalurkan untuk investasi mengalami pertumbuhan 10% dan modal kerja 8,2% (yoy). 

Demikian pula dari sisi konsumsi, kredit tersalurkan konsumsi mengalami stagnasi pertumbuhan dalam beberapa bulan terakhir. Pertumbuhan kredit konsumsi hanya mampu bertahan di sekitar 9% dan tercatat naik 9,2% pada Agustus 2023. 

Secara keseluruhan total kredit tersalurkan perbankan hanya mampu bertumbuh 8,9% pada Agustus 2023. Level ini di bawah target BI sebesar 10-12% sebelum direvisi menjadi 9-11%.

Selain itu, dana pihak ketiga kompak mulai mengalami rebound untuk pemilik tabungan di atas Rp 100 juta, terlihat dengan pertumbuhan yang lebih baik pada Agustus 2023. Namun, pemilik dana di bawah Rp 100 juta masih cukup tertekan pada Agustus 2023. 

Sumber: CNBC Indonesia

RELATED ARTICLES

TRANSLATE

- Advertisment -

Most Popular