Indonesia tidak pernah kekurangan talenta terbaik. Kerja keras membuat bakat mereka terus berkembang hingga mampu menorehkan tinta emas dalam perjalanan bangsa ini.
Mereka, antara lain, Pratiwi Sudarmono. Meski meledaknya pesawat ulang-alik Challenger pada Januari 1986 membuat keberangkatan Pratiwi ke ruang angkasa tak kunjung terlaksana, ia masih tercatat sebagai astronot pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Sementara itu, Olimpiade Barcelona 1992 mengantarkan Alan Budikusuma dan Susy Susanti menjadi yang pertama meraih medali emas di Olimpiade melalui cabang olahraga bulu tangkis.
Adapun Joey Alexander tercatat sebagai musisi termuda yang pernah masuk nominasi Grammy dan nomine Grammy pertama dari Indonesia. Prestasi ini dia ukir ketika menjadi salah satu nomine Grammy Awards 2016, saat ia masih berusia 12 tahun.
Perkembangan studi antropologi di Tanah Air tak dapat dilepaskan dari sosok Koentjaraningrat. Selain merintis studi antropologi di Universitas Indonesia pada 1957, dia juga merintis 10 program studi antropologi di perguruan tinggi negeri lain.
Sementara itu, penemuan sistem fondasi bangunan yang diberi nama cakar ayam pada tahun 1962 menjadi sumbangan penting Sedyatmo bagi dunia teknik sipil Indonesia.
Sosok-sosok itu hanya sebagian dari talenta Indonesia. Saat ini dan di masa mendatang masih banyak talenta lain. Tugas kita untuk menjaga dan mengembangkan talenta-talenta itu demi terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.