Saturday, July 27, 2024
HomeASEANSaat Jokowi Memanggungkan Kearifan Indonesia di Asia Tenggara

Saat Jokowi Memanggungkan Kearifan Indonesia di Asia Tenggara


Ada sebuah momen menarik ketika Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada acara Courtesy Call Menteri Luar Negeri ASEAN di Hotel Shangri-La, Jakarta, Jumat (14/7/2023) akhir pekan lalu. Hal ini terjadi ketika Kepala Negara mengutip sebuah pepatah lokal, yakni dari khazanah budaya Jawa, di forum regional Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara tersebut.

”Ada sebuah pepatah di Indonesia, yaitu menang tanpa ngasorake, yang artinya kita dapat menjadi pemenang tanpa merendahkan yang lain, tanpa mengalahkan yang lain. Untuk itu saya mengajak kita semuanya, marilah kita menjadi pemenang yang terhormat, menang tanpa ngasorake,” kata Presiden Jokowi.

Ada sebuah pepatah di Indonesia, yaitu menang tanpa ngasorake, yang artinya kita dapat menjadi pemenang tanpa merendahkan yang lain.

Salah satu konteks terdekat dari pepatah tersebut ada di pernyataan Presiden Jokowi sebelumnya. ”Kami negara-negara ASEAN, negara yang sedang berkembang, butuh pengertian, butuh kearifan, dan juga butuh dukungan, baik dari negara-negara maju maupun negara-negara sahabat, untuk meninggalkan pendekatan zero sum dan mengambil pendekatan saling menguntungkan,” kata Presiden.

Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada acara Courtesy Call Menteri Luar Negeri ASEAN di Hotel Shangri-La, Jakarta, Jumat (14/7/2023).
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN – RUSMANPresiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada acara Courtesy Call Menteri Luar Negeri ASEAN di Hotel Shangri-La, Jakarta, Jumat (14/7/2023).

Saat dimintai pandangan, Minggu (16/7/2023), sastrawan dan pengajar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Ibnu Wahyudi, menuturkan, terkadang ada orang yang lebih suka menggunakan kutipan Latin. Hal ini tidak lepas karena bahasa Latin identik dengan bahasa ilmu pengetahuan.

”Tetapi, khazanah lokal—budaya Jawa, dalam konteks pidato menang tanpa ngasorake yang disampaikan Presiden Jokowi—tidak berarti tak punya kekuatan yang sifatnya universal,” kata Ibnu Wahyudi.

Di titik ini, menurut Ibnu, Presiden Jokowi dalam perannya sebagai Kepala Negara Indonesia telah ikut mengangkat ungkapan Jawa yang secara maknawi luhur di panggung internasional, yakni saat menerima kunjungan kehormatan para Menlu ASEAN. ”Saya kira, ini juga menegaskan bahwa orientasi pengetahuan itu tidak selalu harus Latin, Yunani Kuno, atau segala macam, tetapi juga bisa dari (khazanah) oriental, dari Timur, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Sejalan dengan isu bahasa Melayu sebagai bahasa ASEAN, Ibnu menuturkan, secara tersirat Presiden Jokowi juga ingin mengingatkan jangan menyepelekan Indonesia. Indonesia adalah negara besar dengan 718 bahasa daerah dan budaya yang beragam.

Pidato menang tanpa ngasorake yang diucapkan Jokowi mengungkap adanya kearifan lokal, tetapi berdimensi universal yang terekam dalam sebuah pepatah. ”Kalau bicara nilai-nilai universal, hakikat kemenangan, kan, tidak selalu harus ditunjukkan dengan menepuk dada atau mengibarkan bendera,” kata Ibnu.

Bicara nilai-nilai universal, hakikat kemenangan tidak selalu harus ditunjukkan dengan menepuk dada atau mengibarkan bendera.

Warga menyiapkan gunungan hasil bumi dengan latar belakang Gunung Sindoro saat menyelenggarakan tradisi nyadran di Desa Kledung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (7/10/2022).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASAWarga menyiapkan gunungan hasil bumi dengan latar belakang Gunung Sindoro saat menyelenggarakan tradisi nyadran di Desa Kledung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (7/10/2022). 

Ungkapan menang tanpa ngasorake merupakan satu dari empat butir ”paradoksal” ajaran RMP Sosrokartono, kakak kandung RA Kartini. Tiga butir lainnya—berikut terjemahan bebasnya—, yakni sugih tanpa banda (kaya tanpa harta), nglurug tanpa bala (menyerbu tanpa sekutu), dan digdaya tanpa aji-aji (sakti tanpa benda atau mantra berkekuatan gaib).

Tak hanya dikutip Presiden Jokowi, pepatah menang tanpa ngasorake pun merupakan falsafah yang berkesan bagi Presiden kedua RI Soeharto. Secara tekstual, hal ini setidaknya tergambar dari dimasukkannya pepatah tersebut dalam buku berjudul Butir-butir Budaya Jawa, Hanggayuh Kasampurnaning Hurip Berbudi Bawaleksana Ngudi Sejatining Becik.

Ini adalah sebuah buku petunjuk hidup yang dihimpun Presiden Soeharto dan diberikan kepada anak-anaknya. Putri tertua Soeharto, Hardiyanti Rukmana, memberikan prakata pada buku yang dicetak PT Citra Lamtoro Gung Persada dan diterbitkan pertama kali pada Peringatan Hari Pernikahan Ke-40 Soeharto dan Siti Hartinah Soeharto tanggal 26 Desember 1987 tersebut.

Penggalan pidato Bung Karno "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri" mewarnai mural di Jalan RE Martadinata, Cipayung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (6/11/2018).
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Penggalan pidato Bung Karno “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” mewarnai mural di Jalan RE Martadinata, Cipayung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (6/11/2018).

Presiden pertama RI Ir Soekarno atau Bung Karno pun kerap menyelipkan kutipan atau ungkapan, termasuk dari bahasa Jawa, dalam pidatonya. Hal ini dapat ditelusur, misalnya, pada buku berjudul Dari Proklamasi Sampai Resopim, sebuah terbitan Departemen Penerangan berisi pidato proklamasi yang diucapkan Bung Karno tiap tanggal 17 Agustus sejak tahun 1945 sampai 1961.

Tersua di sana pidato Bung Karno yang disampaikannya pada hari Minggu, 17 Agustus 1947, pukul 10.15 di (Istana) Kepresidenan (Gedung Agung) Yogyakarta. Di bagian akhir pidato yang disampaikan saat Republik Indonesia baru berusia dua tahun tersebut, Bung Karno menyerukan ungkapan rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Sesuatu yang menjulur atau menghambat harus dibabat dan yang melintang atau menghalangi mesti dipatahkan.

Tak terbantahkan bahwa pepatah dan idiom atau ungkapan khas terbukti cukup efektif menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk ringkas. Nilai-nilai luhur atau bermakna dapat tersimpan dalam kalimat pendek namun bernas.

Ungkapan yang disisipkan dalam pidato atau pernyataan pun tak hanya berasal dari dalam negeri. Ada pula yang berasal dari khazanah negeri lain. Hal ini misalnya terdengar dua tahun lalu, yakni ketika Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, mewakili pemerintah RI, mengirimkan bantuan hibah kemanusiaan kepada India untuk menangani pandemi Covid-19.

Tangkapan layar dari kanal Youtube Sekretariat Presiden saat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan keterangan pers pada pelepasan bantuan hibah Pemerintah RI ke India untuk penanganan pandemi Covid-19, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (12/5/2021).
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONOTangkapan layar dari kanal Youtube Sekretariat Presiden saat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan keterangan pers pada pelepasan bantuan hibah Pemerintah RI ke India untuk penanganan pandemi Covid-19, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (12/5/2021).

Hibah berupa 200 unit konsentrator oksigen kepada India tersebut secara simbolis diserahkan Menlu Retno kepada Duta Besar India untuk Indonesia Manoj Kumar Bharti di Bandara International Soekarno-Hatta, Selasa, 12 Mei 2021. Sebelumnya, pada 10 Mei 2021, Pemerintah Indonesia bersama asosiasi dan pelaku industri Indonesia juga telah mengirimkan 1.400 tabung oksigen silinder ke India.

Bantuan kemanusiaan ini adalah wujud solidaritas bangsa dan rakyat Indonesia kepada India yang diharapkan dapat membantu negara tersebut dalam menangani pandemi Covid-19. Apalagi, sejak awal pandemi, Indonesia dan India sudah bekerja sama melawan Covid-19.

”Di awal masa pandemi, saya masih ingat betul, karena saya langsung melakukan komunikasi dengan Menteri Luar Negeri India, bagaimana Pemerintah India memfasilitasi sehingga ekspor bahan baku obat yang pada saat itu sangat diperlukan oleh Indonesia dapat diperoleh Indonesia. India juga berperan penting mendukung pengadaan vaksin melalui kerangka multilateral, (yakni) melalui Fasilitas Covax,” kata Retno.

Saat menyampaikan terima kasih kepada Manoj Kumar Bharti atas dukungan India tersebut, Menlu Retno pun mengutip sebaris idiom bahasa Inggris yang menjunjung tinggi nilai pertemanan. ”Saat ini adalah waktu untuk menunjukkan dukungan kami. Indonesia akan berdiri bersama India dalam kondisi sulit ini. Kami berkomitmen untuk berbagi bersama warga India. Apalagi, a friend in need is a friend indeed (teman sejati adalah teman yang menyertai kita di saat kesusahan),” kata Retno.

Kami berkomitmen untuk berbagi bersama warga India. Apalagi, a friend in need is a friend indeed (teman sejati adalah teman yang menyertai kita di saat kesusahan).

Barongsai bersama anggota TNI AL seusai olahraga bersama di Dermaga Ujung Koarmada II, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/1/2023).
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTABarongsai bersama anggota TNI AL seusai olahraga bersama di Dermaga Ujung Koarmada II, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/1/2023). 

Ungkapan bernas pun lazim dikutip di penjuru dunia. Senator Negara Bagian Illinois Barrack Obama—yang kelak menjadi Presiden ke-44 Amerika Serikat—saat berpidato dalam Konvensi Nasional Demokrat di Boston, Massachusetts, tahun 2004 silam pun mengutip semboyan negeri ”Paman Sam” tersebut. ”E pluribus unum. Out of many, one,” seru Obama saat itu.

Ditinjau dari sisi makna, ungkapan e pluribus unum dari bahasa Latin yang dikutip Obama untuk menggambarkan semangat persatuan tersebut senada dengan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah kalimat yang tercantum di Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular dan kemudian dijadikan semboyan bangsa Indonesia. Berbeda-beda tetapi satu.

Kalimat bernilai luhur terbukti tak terbatas tempat dan tak lekang waktu. Kembali ke pepatah Jawamenang tanpa ngasorake, bukankah kalimat tersebut juga relevan ketika diletakkan pada konteks pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2024? Silakan saling berlaga dengan bermartabat untuk menjadi pemenang secara terhormat. Yang kalah jangan kecewa dan pemenang pun jangan jemawa.

Sumber: Kompas

RELATED ARTICLES

TRANSLATE

- Advertisment -

Most Popular