Meskipun polisi melarang unjuk rasa pada Minggu (20/10/2019), para demonstran Hong Kong tetap memblokade jalan dan merusak properti di Kowloon di saat kerusuhan memasuki akhir pekan ke-20 berturut-turut sejak Juni lalu. Namun, para pengunjuk rasa memastikan bahwa Masjid Kowloon tidak menjadi sasaran vandalisme dalam demonstrasi besar-besaran di Tsim Sha Tsui.
Meskipun tidak menjadi korban vandalisme, Masjid Kowloon dan Islamic Center menjadi sasaran meriam air berwarna biru. Saat bentrokan, sebuah kendaraan berhenti dan menyemprotkan pewarna biru ketika berhadapan dengan demonstran antipemerintah di area Tsim Sha Tsui, tempat masjid berdiri. Pewarna ini dimaksudkan agar lebih mudah menangkap pengunjuk rasa yang berada di garis depan setelah kerumunan bubar.

Masjid Kowloon awalnya dibangun pada akhir abad ke-19 untuk memenuhi kebutuhan tentara Muslim dari India yang dikuasai Inggris. Kemudian dibangun kembali pada awal 1980-an dan tetap menjadi pusat komunitas 300.000 Muslim Hong Kong.
Sebuah video yang beredar menunjukkan truk meriam air menembakkan cairan biru di masjid, serta orang-orang yang berada di depannya – termasuk para jemaah yang sedang melindungi tempat ibadahnya, jurnalis, dan orang-orang yang sedang melintas. Polisi mendapat kecaman setelah truk meriam air mereka menyemprotkan larutan pewarna biru di atas pintu dan tangga depan masjid terbesar di kota itu.

Tak lama setelah itu, polisi merilis pernyataan yang menyatakan truk meriam air tidak sengaja menyiram masjid. “Polisi sangat menghormati tempat-tempat ibadah serta kebebasan beragama dan akan terus menjaga komunikasi yang erat dengan Masjid Kowloon dan komunitas Muslim di Hong Kong,” sebutnya.
“Kami menargetkan ‘perusuh’ dan sangat disayangkan bahwa operasi ini telah menyebabkan dampak yang tidak diinginkan pada Masjid Kowloon. Polisi telah mengirim pesan kepada saudara-saudara Muslim dan meminta maaf atas semprotan yang tidak disengaja. Masjid bukanlah target dan kami juga langsung berkomunikasi dengan manajemen Masjid Kowloon.”
Senin (21/10/2019), pemimpin Hong Kong Carrie Lam dan Komisaris Polisi Stephen Lo telah meminta maaf kepada komunitas Islam setempat dan bertemu dengan anggota Islamic Trust, sebuah kelompok komunitas lokal.

Mereka ditemani perwakilan polisi, datang ke masjid untuk bertemu dengan Imam Besar Masjid, Muhammad Arshad. Perwakilan polisi yang datang, yaitu Komandan Distrik Yau Tsim, Ricky Ho, Kepala Humas Superintenden Senior Yolanda Yu, dan dua perwira yang bukan dari ras Cina, Swalikh Mohammed dan Gimandeep Singh.
Setelah pembicaraan singkat itu, Arshad dan sesama pemimpin Muslim Zoheir Tyebkhan dan Saeed Uddin mengatakan Lam dan Lo sama-sama meminta maaf atas insiden itu dan menyatakannya sebagai kesalahan. Imam Muhammad Arshad mengatakan permintaan maaf itu “diterima” dan bahwa komunitas Islam berharap untuk dapat terus hidup di Hong Kong dengan damai.
Menurut Said Uddin, sekretaris Trust: “Kepala eksekutif dan komisaris polisi berkata, ‘Telah terjadi kesalahan dan kami mohon maaf untuk itu’. Dan kami menerimanya karena semua sudah terjadi dan mereka tidak akan mengulanginya.”

Dia menambahkan bahwa Dewan Masjid akan menenangkan komunitas Islam setempat. “Mereka dengan tulus meminta maaf. Itu tidak disengaja,” kata Zoheir Tyebkhan, ketua Incorporated Trustees of the Islamic Community Fund of Hong Kong.
“Polisi sangat sadar bahwa kami adalah komunitas yang punya prinsip untuk tidak melibatkan diri dalam politik apa pun. Jadi, tidak akan ada alasan bagi mereka untuk menyerang masjid.”
“Ini adalah rumah kami, rumah semua orang, kami ingin seperti apa adanya,” ujarnya.
Dewan juga berterima kasih kepada jamaah dan warga Hong Kong yang berbondong-bondong membersihkan masjid segera setelah insiden itu.

Ya, tak lama setelah bagian depan masjid terendam warna biru pada hari Minggu, sejumlah orang datang dan turut membantu membersihkan dan menghilangkan pewarna biru tersebut dari gerbang dan pintu masuk gedung.