Jakarta – Pembawa acara Indra Bekti lebih mengenal pahlawan-pahlawan Indonesia setelah membintangi Pagelaran Sabang Merauke. “Aku baru dengar itu pahlawan Siti Manggopoh,” katanya setelah penampilan di Pagelaran Sabang Merauke pada 16 Agustus 2024 di Jakarta.
Indra Bekti yang tampil sebagai Bagong dari kisah pewayangan itu mengaku, dari cerita Pergelaran Sabang Merauke dirinya kini mengetahui beberapa pahlawan Indonesia yang namanya jarang dia dengar. Salah satunya Siti Manggopoh, seorang pejuang wanita yang melawan penjajah Belanda di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
“Siti Manggopoh itu aku jarang mendengar ternyata dari Sumatera Barat padahal itu dari daerahku sendiri, aku orang Padang juga. Ternyata banyak sekali pahlawan-pahlawan yang belum banyak mengenal loh biasanya kan di sekolah-sekolah dipajang kan,” kata Indra saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat 16 Agustus 2024.
Pagelaran Sabang Merauke tahun ini mengambil tema Pahlawan Nusantara. Lagu-lagu yang dibawakan pun sesuai dengan tema lagu dan kisah dari masing-masing pahlawan setiap daerah. Dari Sumatera Barat, sosok yang diangkat dalam pentas ini adalah Siti Manggopoh atau yang biasa disebut Singa betina dari Minangkabau. “Samuik tapijak indak mati, alu tataruang patah tigo”. Kelembutan dari perempuan minang, namun teguh dalam berpendirian.
Minangkabau, satu-satunya suku di Indoneia yang menganut paham matrilineal. Selain militan dalam berjuang, Siti Manggopoh tetap bertanggungjawab sebagai seorang ibu dan mempersembahkan dirinya untuk berjuang dalam perang Belasting.
Pada Pagelaran Sabang Merauke, terdapat 6 pesilat perempuan menubuhkan aliran gerak, bergulat melawan segala perasaan gentar. Gendang Tasa yang bertalu-talu mengantarkan pesilat laki-laki untuk selalu hadir menguatkan dan melindungi perjuangan para perempuan minang.
Bunyi-bunyian perkusif mengisyaratkan jiwa-jiwa untuk terus berjuang, berbekal ajaran kehidupan yang dilantunkan lewat lagu Tak Tong Tong. Ketukan Rampak Piring diiringi lagu Ayam Den Lapeh beserta kedatangan Siti Manggopoh menggambarkan Bundo Kanduang, pemegang legitimasi peran perempuan minang dalam garis keturunannya.